Rabu, 17 November 2010

Akhirnya, Dia Pergi... -True Story-

"Ken, gelang 'Power Balance' itu beneran gak sih?"
 "Maksud lo?"
 "Itu tuh, beneran bisa nyeimbangin badan gitu?"
 "Katanya sih, gitu. emang kenapa?" 

(dia tersenyum kecil)

"Enggak, gue mau beliin buat adek gue"


(Aku tersentuh, kawan.)

"Tapi, kalo yang asli, kan mahal. ratusan ribu"
 "Gapapa, deh. buat adek gue"

                                                                                    ***

Selasa, 16 November 2010 ...-8dzulhijah- hari raya qurban bagi yang merayakan

"Permisi, pak. Assalamu'alaikum."
"Eh, iya kenapa?"
"Labsclean"

 (anak-anak) "Cie.... hadiah ulang tahun, tu, Mi!'
 "Sshht.. diem"

Hari ini, Mia, temanku berulang tahun yang ke 14, kawan. Awalnya semua baik-baik. Paket Biologi pertemuan ke-5 berjalan seperti biasa. Habis itu, dilanjutkan pelajaran ekonomi. Ini juga berjalan seperti biasa. 
"hari ini siapa aja yang enggak masuk?" tanya guru ekonomi yang sekaligus wali kelas kami
"Yang ngerayain idul adha, pak!" jawab yang lain
"Iya, yang izin sama saya baru K.M Fauzan" kata Pak Taufiq, kemudian
"Tapi Ziha juga idul adha hari ini, pak!" anak lain menjawab

"Hmm... Andi kemana Andi?" Tanya Pak Taufiq kemudian.

Andi teman kami. Andi Manggoana Wira Tenri. Tapi, kami biasa panggil dia Ade. Bahkan yang lebih akrab lagi panggil dia abol-abol. Termasuk aku. dulu. Tapi, setelah aku tahu, dia tak suka pangilan itu, aku berjanji takkan lagi panggil dia Abol-Abol.

Jujur, aku pernah ada konflik dengan Ade. Ya, memang kcil. tapi sampai sekarang efeknya masih terasa. Apalagi, Ade orangnya pendiam sekali, meski mudah bergaul. Kupikir itulah kelebihannya. Sekarang konfil itu memang sudah agak reda, tapi kami masih sedikit bicara

                                                                                ***


"Tau, tuh pak. Sering gak masuk, tapi gak dikasih tau kenapa" Sahut seorang anak, di Belakang
"Hmm,,, .. " Pak Taufiq manggut-manggut. Dan beliau membahas soal tugas kami

Pelajaran terus berlalu. Tapi bukan itu point pentingnya, hari ini, kawan. Sesuatu yang menyakitkan segera datang.

                                                                             ***

Saat itu istirahat ke dua. Aku baru beli makanan dari kantin bersama Nabila Shaza, temanku. Kami belicSoto Mie. Saat menikmati makanan, Nabilla, akrab disapa Nadoa, datang padaku.

"Ken, udah tau belom?"
"hmm?? kenapa" Aku bingung
"Adeknya Abol, yang dirawat itu, barusan meninggal"
"Hah?" Seriously, I was shock!
"Serius lo?
"Barusan dia telpon Sitta"

                                                                                 ***

"Dia ngomong apa aja sama kamu, Ta?" Tanyaku pada Sitta
"Gak tau. Tadi, kan pas pelajaran TIK, tiba2 HP-ku geter. Terus refleks, aku langsung keluar. terus kuliat di screen, Abol telpon. Dia kayak nangis-nangis gitu. Pas kutanya, ternyata Adiknya meninggal"

                                                                                  ***

Audi Wira (baru sekali aku tahu namanya). Sudah lama memang dia mengidap suatu penyakit kronis pada otaknya sejak kecil. Dan sejak saat itu pula, dia 'homeschooling'. Tapi akhir-akhir ini penyakitnya tambah parah, sehingga harus dilarikan ke rumah sakit. seminggu yang lalu, Alm. masuk UGD sebuah rumah sakit di Singapura karena penyakitnya makin parah.

                                                                             ***
"Kamu ikhlas, kan?" Aku, Adilla, Sitta, dan Ayu akhirnya melayat ke rumah Ade hari itu juga. Kami izin pada jam pelajaran terakhir
"Ikhlas kok" dia menjawab sambil mengangis
"Malah Gue beruntung banget punya adek kayak dia. Mandiri. Tuhan tuh, sayang banget sama dia. jadi Tuhan ambil dia lebih cepat. Tuhan enggak mau dia banyak buat dosa di dunia. Jadi Tuhan Ambil dia. " Lanjut Ade
"Sabar, ya de." Sahut Sitta
"I..ya... Gapapa. nantikan bisa ketemu lagi" Katanya bergetar
"Iya, nantikan ketemu lagi di Surga" Adilla angkat bicara
"Tapi dia cuma di kasih 10 tahun waktu hidup di dunia." Ade mulai menangis lagi
"Percaya nanti kita bisa ketemua lagi, deh. kamu jangan nangis, nanti adekmu ikut sedih" adilla bicara lagi
"Iya.. tapi.."
"Tapi, Tuhan terlalu cepat ambil dia. Gue sayang banget sama dia. Akhir-akhir ini,tuh, dia udah gak bisa makan. kalo mau makan harus pake selang infus dari hidung "

"Pagi tadi dia demam. Suhu tubuhnya naik terus. saat dibawa ke dokter, dokter bilang selang itu cuma bisa bantu pernafasannya aja. Terus, bokap gue bilang, 'ya udahlah, kalau memang dia mau pergi, ngapain ditahan-tahan?' terus alat ifusnya dilepas. Jadi dia enggak ada alat bantu nafas lagi" Ade menangis lagi.

Antara Pukul 10-11 pagi (Aku kurang tahu pasti) Audi wira meninggal dunia, dalam damai.

Aku ikut ditengah pembicaraan itu, tanpa mengeluarkan satu katapun. Tapi aku membuang pandanganku dari mereka. Karena aku menangis, kawan. Aku tahu rasanya ditinggalkan. Karena aku pernah alami itu. Mati-matian aku berusaha menahan tangis yang menyakiti tenggororkanku di depan Ade. dan saat Ade dipanggil untuk memandikan jenazah adiknya, dia menggeleng pelan. Dia tak kuat, kawan. Tapi, akhirnya dia mau. Saat Ade pergi, aku membuang pandangan dan membiarkan air mata keluar. Karena tenggorokanku sakit sekali.

Kami pamit pukul 4 lewat. Kami tahu Ade sangat berat melepas kepergian adiknya. Tapi itu yang dia lakukan. Dia selalu kagum pada orang lain atas kehebatan orang itu. Tapi jauh diluar itu semua, harusnya mereka yang kagum terhadap Ade. Sebab sebenarnya, dia adalah orang yang paling tahu dan sabar menghadapi cobaan dalam hidupnya.


                                                                              ***

Rabu, 17 November 2010.... -9 dzulhijah-

pukul 20.30-an,

Aku buka facebookku, dan tak sengaja membuka profile Ade. Aku perhatikan foto profilenya dan aku baru sadar. Anak lelaki di foto itu, Alm. Audi Wira. Yah, itu karena baru kemarin aku lihat langsung fotonya dan jasadnya. Ahh,, anak itu.. Aku add FB-nya. : "Audi Wira" meski aku tahu, sampai kapanpun, permintaan pertemananku takkan pernah diterima. Tak apa. Aku juga kirimkan pesan untuknya, lewat FB message, meski aku tau, dia takkan pernah membacanya, apalagi membalas. Aku tulis,

Kepada : Audi wira
Subject : Semoga diterima

Turut berduka cita, semoga arwahnya di terima di Sisi Allah SWT.




Ya, anak yang meniup terompet. Dia. Akan aku perjelas wajahnya.







Yah, anak laki-laki itu. Kuharap Keluarganya bisa bertemu lagi di Surga. Iya, kan?? Kadang aku juga iri. Audi bisa ketemu langsung dengan Tuhan. Aku masih harus menunggu, ya? Aku ingin bertemu Tuhan.. Tapi setelah dipiki-pikir.. nanti aja deh... ngumpulin pahala dulu...



Untuk Audi,, Semoga damai di surga sana. Allah SWT bersamamu....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar