Selasa, 19 Oktober 2010

Tak Ada Kecelakaan

Takdir adalah jantung ditengah jiwa
Tapi takdir tak berdenyut menghentak nyawa
Kita yang terus menuntut nyata
Tapi takdir tak akan membawa serta

Mata hati coba membuka
Raga ini mencoba lebih peka
Dan aku berjanji, suatu saat nanti
Kau akan temui takdirmu sendiri, tanpa perlu menunggu mati

Disini tak pernah ada kecelakaan
Hanya jiwamu yang tak tenang berkeliaran
Ketika gulungan bebas terbentang sepanjang benua
Kau akan temukan dirimu yang tak pernah menua

Kemarin adalah kepedihan berseri
Esok hari adalah sebuah misteri

Tapi sekarang adalah anugerah
Tugasmu hanyalah membuka hadiah
Sangat perlahan, Tanpa perlu ditunggu resah


Niken

Nyawanya berbaring di Lautan

Cinta adalah bahasa perdamaian
Bukan cermin wajah yang melayang tanpa pakaian
Wangi dedaunan yang bertebaran harum dalam buaian
Mengantarkan perahu kertas penuh harapan
Kirimkan dandelion dengan satu tiupan
Petikkan suara gitar emas berpasangan
Nikmati embun sore dalam pangkuan

Serat-serat basah teratai melulurkan segala hangat
Hujamkan pisau hujan yang menyayat sesaat
Di balik sungai luas yang maha pekat
Kuberbaring di atas sutra beralur lambat
Tanpa sedikitpun bertambah cepat

Gumpalan udara yang bertambah sesak
Rekatkan haru yang mustahil kuelak
Nantinya bulan akan bernyanyi juga,
Nantinya penduduk langit akan bersegera juga

Coba kirimkan aku bel kematian
Niscaya akan kuterima dengan penuh pengharapan
Gumpalan udara yang semakin menambah siksaan,
Yang akhirnya aku berbaring tenang di tengah birunya lautan


Nikan

Piramida Batu Hitam

Di balik liur kilatan matahari
Tergores kaki-kaki menembus pasir
Makna lembut lumpuhkan angin semilir
Tebarkan pesona basah pagi hari

Di balik piramida batu hitam
Tertebak ribuan warna bersemayam
Pompakan darah ke atas naik pitam
Lepaskan seonggok benang sulam
Ditembus jarum panjang meniti jalan yang suram
Teriak dengan suara terpendam
Bersembunyi di balik piramida batu yang hitam

Aku berjalan mencari negri kebenaran
Tersibak oase hati yang duduk berdampingan
Yang satu hitam, yang satu kuningan
Tak terelakkan dunia kini sampai pada kata perpisahan

Di luar sana orang mencari serpihan daun kering
Tak sedih, kemarau membawa hujan
Namun matahari gesekkan pasir yang tersaring
Menampik pias yang membawa kebahagiaan

Piramida Batu hitam masih sanggup bertahan
Karena tercipta dari jutaan punggung hewan
Menaungi nyiur di tengah padang pasir kemilauan
Hingga telur benar-benar pecah, menetaskan segala permasalahan


Niken

Senja Cincin Matahari

Kulirik bukit setengah hati
Pekikkan binar di malam sunyi menanti
Tak lagi hijau yang membawa mati
Serumpun ikrar masih terus meniti
Dirundung duka pisau belati
Senyapkan nyawa berjalan berhenti

Senja cincin matahari
Melingkari jari manis tangan kiri
Meniup angin alampun menari
Pejamkan mata wahai beranjak ibu tiri
Cincin menerawang matapun menjadi iri

Senja di bawah sungai sandi
Miriskan hati cinta beranjak pergi
Inilah senja pagi cincin matahari
Gelombang hidup yang tidak terbawa mati


Niken

Hidup Beralur Kayu

Coba bicara bagaimana Tuhan mengangkat hidup dari sebuah alur kayu
Mainkan raga bonekapun menjadi nyata
Berdiri senja, pagipun jadi semata
Kirimkan bait berisi jutaan kata
Terukir dengan bahasa yang tertata

Bernapas di atas batu nisan
Dapat menangis hidup jadi tak perlu makan
Ikatan hari yang tidak berkesan
Adalah isi dari sebuah pesan

Jentikkan jari yang bermain berirama
Jadikan hutan padang bernama
Buatkan sarang, burung bermakna
Segarkan nyawa di tengah perihnya sandiwara

Pantulan Cermin Hati

Kaki-kaki hujan berjalan menapak tanah dewa
Kapas surga baringkan sebuah nyawa
Merasuki dinding cermin surga
Merangkak pelan menelan raga

Terlantarkan siksaan darah menjerit
Tubuhku kini menjadi sebening air langit
Segarnya satu jurus alam pembangkit
Ingatkan kisah-kisah yang terkait

Di depan ada sebuah desa
Berlatarkan kayu jati ribuan rasa
Bersinar ceritakan tiga masa
Buat hati meronta tersiksa

Di sana dulu tinggal sebuah keluarga
Mahkota bunga yang menutup seluruh raga
Panas datang hati bersemi
Hujan datang sakura gugur perlahan

Bagaikan berpondasi yang kuat,
Bagaikan terteduh atap yang hangat

Hujan cemarkan air berkilat
Gaun indah gelang berkarat

Sutra kini menjadi palsu
Tertutup topeng yang pandai bersandiwara
Sungai tak lagi seputih susu
Melayangkan debu ringan jauh tak terkira


Niken

Karena Tuhan Sedang Terluka

Bahasa Tuhan memang sederhana
Katakan laut dan lepas kebebasan
Dan matahari yang tak pernah bersedih
Dan bulan yang rindu memias
Dimana angin tenggara?
air bening bisa menjelaskan
Kumpulan syair tak bisa menyimpulkan

Kapas selembut kasih Tuhan
Melebihi alam semesta
Cinta alunan seruling surga
Yang jauh lebih berharga
Puisi yang dibuat belum cukup mengatakan
Lembaran kulit tersusun
Tiada yang sanggup mengungkapkan
Lalu dimana negri tanpa jalan?
Kemana ibu bapak?
Tak ada yang bisa menyelesaikan
Hanya air bening yang paham

Butiran debu berkhianat
Limbah hati yang kian membusuk
Air keruh jadi kehidupan malam

Adakah angin sudah tak peduli?
Tuhan masih berusaha

Dan kini angin telah kembali
Bukannya tak peduli
Hanya saja debu yang tak kunjung berhenti

Tuhan tak pernah bersedih
Tuhan selalu tersenyum
Dibalik bahasanya yang sederhana
Indah tak terkira
Bersembunyi di balik pintu surga
Karna kini ,
Tuhan sedang terluka



Niken